Barabajabekasinews | Bekasi
Pernyataan Menteri Keuangan Sri Mulyani yang menyebut guru sebagai beban negara kembali mengundang polemik. Ucapan tersebut menimbulkan kekecewaan mendalam, terutama di kalangan guru yang selama ini menjadi garda terdepan dalam mencerdaskan generasi bangsa.
Salah seorang guru di Kutai Barat, Lelyka Nur Valentin, menuturkan kekecewaannya. Ia merasa pernyataan tersebut tidak mencerminkan penghargaan terhadap perjuangan para pendidik.
Menurutnya, banyak guru, baik di sekolah negeri maupun swasta, yang bekerja bertahun-tahun dengan imbalan sukarela atau jauh dari kata layak. Namun, semangat untuk mendidik tetap mereka jalani demi masa depan anak-anak bangsa.
“Kalau guru sebagai beban negara, maka beban yang bagaimana? Teman-teman kami sesama guru di sekolah negeri banyak yang dibayar sukarela dengan masa kerja bertahun-tahun,” ujar Lelyka seperti dilansir dari RRI, Senin (18/8/2025).
Pernyataan itu seakan menutup mata terhadap peran guru sebagai pilar utama pembangunan manusia. Tanpa guru, mustahil ada dokter, insinyur, pemimpin bangsa, bahkan ekonom sekalipun. Guru bukanlah beban, melainkan investasi terpenting yang dimiliki sebuah negara.
Dalam perspektif Islam, kedudukan guru sangat mulia. Rasulullah SAW sendiri dikenal sebagai pendidik agung (mu’allim) yang membimbing umat dari kegelapan menuju cahaya. Al-Qur’an menegaskan pentingnya ilmu dan orang-orang yang mengajarkannya:
يَرْفَعِ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ مِنكُمْ وَٱلَّذِينَ أُوتُوا۟ ٱلْعِلْمَ دَرَجَـٰتٍ
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.” (QS. Al-Mujadilah: 11)
Ayat ini menjadi bukti betapa ilmu dan pendidik yang menyebarkannya mendapat kedudukan istimewa di sisi Allah. Imam Al-Ghazali bahkan menyebut guru sebagai sosok yang menempati kedudukan setara dengan para nabi, karena tugas mereka adalah membimbing manusia menuju kebaikan.
Jika sebuah bangsa meremehkan guru, maka yang hilang bukan sekadar profesi, tetapi ruh peradaban itu sendiri. Negara yang tidak menghormati guru akan kehilangan arah, karena generasi penerusnya tumbuh tanpa bimbingan ilmu dan adab. Tanpa guru, pendidikan akan runtuh, dan tanpa pendidikan, mustahil sebuah bangsa bisa bersaing dengan dunia internasional.
Maka, yang sesungguhnya menjadi beban negara bukanlah guru, melainkan kebijakan yang gagal menghargai mereka. Islam mengajarkan agar setiap pemimpin berlaku adil dan memuliakan para pendidik. Sebab, guru adalah cahaya bagi umat, penjaga akal, dan pengawal moral bangsa.
Doa yang patut kita panjatkan agar negeri ini tetap memiliki guru-guru yang ikhlas dan dimuliakan adalah:
ارْزُقْ مُعَلِّمِيْنَا الصِّحَّةَ وَالْعَافِيَةَ وَالْبَرَكَةَ فِي الْعُمْرِ وَالْعِلْمِ وَالرِّزْقِ، وَاجْعَلْهُمْ سَبَبًا لِهُدَايَةِ أُمَّتِنَا وَنَهْضَتِهَا.
“Ya Allah, limpahkanlah kesehatan, keselamatan, dan keberkahan umur, ilmu, serta rezeki kepada para guru kami. Jadikanlah mereka sebab bagi hidayah umat kami dan kebangkitan bangsa ini.”
Indonesia tidak akan pernah bisa maju jika guru hanya dianggap sebagai beban. Sebaliknya, guru adalah jalan menuju kemerdekaan sejati, yakni kemerdekaan berpikir, berilmu, dan bermartabat.

Komentar